Evaluasi Kurikulum Prodi Ekonomi Islam

Dalam rangka menghadapi berbagai perubahan di dunia akademik dan dunia kerja, Program Studi Ekonomi Islam mengadakan workshop evaluasi kurikulum pada 21 September 2011. Kegiatan di Ruang Sidang Gedung KH. A. Wahid Hasyim ini dilaksanakan mulai pukul 08.30 sampai dengan selesai dan diikuti sejumlah akademisi, praktisi bank dan lembaga keuangan syariah, perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Basyarnas Yogyakarta dan Dewan Syariah Nasional.

 

“Latar belakang pelaksanaan kegiatan ini adalah kesadaran pengelola bahwa sebagai salah satu program studi yang relatif baru, sejumlah pengembangan dan perbaikan senantiasa diperlukan demi masa depan yang lebih baik,” demikian Kaprodi Ekonomi Islam, Nur Kholis, S.Ag., M.Sh.Ec., menjelaskan.

Pengembangan dan perbaikan tersebut salah satunya berkaitan dengan komponen kurikulum sebagai instrumen utama pelaksanaan pendidikan. Dalam upaya memperbaiki dan mengembangkan kurikulum, ia melanjutkan, Prodi berinisiatif melaksanakan workshop yang menghadirkan stakeholders dan users untuk mendiskusikan berbagai masukan yang layak.
Menurut Kaprodi Ekonomi Islam, kegiatan ini secara umum ditujukan untuk menyusun dan menetapkan kurikulum dan kompetensi mahasiswa serta alumni Prodi Ekonomi Islam FIAI UII. “Sebelum pelaksanaan workshop, sejumlah tahapan kegiatan telah terlebih dahulu dilakukan, yaitu penyusunan evaluasi kurikulum oleh tim, permintaan masukan dan umpan balik dari para stakeholders dan users atas evaluasi kurikulum yang telah disusun,” Kaprodi menambahkan.

Hasil dari workshop ini nantinya akan dijadikan laporan akhir kegiatan yang akan diajukan kepada pimpinan fakultas dan universitas untuk disahkan menjadi kurikulum baru Prodi Ekonomi Islam. Dalam workshop ini, sejumlah masukan disampaikan para peserta terkait mata kuliah dan silabi yang sebaiknya dikembangkan. Drs. Dumairy, M.A., Pakar Ekonomi UGM yang juga pegiat ekonomi Islam, menilai bahwa sejumlah mata kuliah yang masih memiliki celah untuk digabung sebaiknya dipadatkan untuk memberi ruang pada mata kuliah lain yang lebih diperlukan. Komposisi matakuliah ke-ekonomi-an dan ke-syariah-an, menurutnya sudah cukup seimbang, tetapi perlu penekanan agar tidak terjadi overlapped.

Peserta dari dunia perbankan syariah mengharapkan agar matakuliah yang non-perbankan syariah agar juga diperkuat sehingga tidak memunculkan kesan bahwa fokus pendidikan adalah untuk mendidik calon bankir syariah saja. Mengingat saat ini pangsa pasar industri keuangan syariah non-bank terus berkembang, terutama asuransi syariah. Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta menambahkan pentingnya kompetensi pengawasan bagi mahasiswa, mengingat saat ini selaku regulator Bank Indonesia sering menghadapi kendala SDM yang kompeten pada posisi-posisi strategis di lembaga keuangan syariah.