Sambutlah Ramadhan dengan Gembira!

Rasulullah saw biasanya memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.

(HR Ahmad dan al-Nasâ’i)

Marhaban yâ Ramadhân

Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang benar-benar penuh dengan berkah dan keutamaan, bulan yang sangat diistimewakan oleh Allah SWT, di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, di dalamnya penuh dengan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka, bulan yang dirindukan kedatangannya dan ditangisi kepergiannya oleh orang- orang yang shalih. Pada bulan Ramadhan inilah kaum muslim seharusnya melakukan pengembaraan ruhani dengan mengekang nafsu syahwat dan mengisi dengan amal-amal yang mulia. Semua itu merupakan momen dan sekaligus sarana yang baik untuk mencapai puncak ketaqwaan kepada Allah SWT. Dosa dan kekhilafan juga merupakan sasaran yang akan kita hapuskan dalam bulan suci Ramadhan ini.

Untuk mencapai kesempurnaan ibadah di dalamnya, kiranya perlu menyambut tamu Allah SWT yang agung ini dengan mengadakan pembekalan ruhani dan pengetahuan tentang bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Di antara bekal-bekal yang harus dimiliki dalam menyongsong bulan mulia ini adalah:

Memiliki Persepsi yang Benar

Untuk memberikan motivasi beribadah di bulan Ramadhan dengan optimal, sebelum Ramadhan datang Rasulullah saw mengumpulkan para sahabatnya guna memberikan persepsi yang benar dan mengingatkan betapa mulianya bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits yang panjang Rasulullah saw bersabda,

Dari Salman ra. Beliau berkata, Rasulullah berkhutbah ditengah-tengah kami pada akhir Sya’ban, Rasulullah bersabda, “Hai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang sangat agung, penuh dengan barakah, di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan dimana Allah SWT telah menjadikan puasa di dalamnya sebagai puasa wajib, qiyam al-lailnya sunnah. Barangsiapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan amalan wajib tujuh puluh kali pada bulan lainnya.” (HR. Ibnu Huzaimah, beliau berkata, hadits ini adalah hadits shahih)

Membekali Diri dengan Pengetahuan

Sasaran dari ibadah puasa adalah untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Untuk itu, ibadah puasa harus dilakukan dengan tata cara yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Banyak orang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar. Dan banyak orang shalat malam, tidak mendapat apa-apa dari shalatnya kecuali begadang.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah). Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata dusta (dalam berpuasa) dan tetap melakukannya, maka Allah SWT tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari).

Kedua hadits tersebut, mengisyaratkan bahwa betapa pentingnya pengetahuan tentang bulan suci Ramadhan beserta amalan-amalan di dalamnya. Allah menghendaki hamba-Nya untuk beribadah dengan sepenuh hati dan penuh kesadaran, bukan sekedar ikut-ikutan (Taqlid buta). Sebab dampaknya akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kita melalui bulan Ramadhan yang mulia ini. Jangan sampai ibadah yang kita lakukan menjadi sia-sia. Alangkah baiknya jika kita dapat berilmu amaliah dan beramal ilmiah, tentu Allah SWT akan tersenyum bangga melihat kita.

Melakukan Persiapan Jasmani dan Ruhani

Sebelum masuk bulan Ramadhan, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita agar banyak melakukan ibadah puasa di bulan Sya’ban. Dengan berpuasa di bulan Sya’ban berarti kita telah mengkondisikan diri, baik dari sisi ruhiyah maupun jasadiyah. Kondisi ini akan sangat positif pengaruhnya dan akan mengantarkan kita dalam menyambut Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amalan yang disunnahkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak fisik dan proses penyesuaian terlalu lama seperti banyak terjadi pada orang yang pertama kali berpuasa, misalnya lemas, badan terasa panas, tidak bersemangat, banyak mengeluh, dan sebagainya.

Sikap positif juga perlu kita bangun sejak sekarang. Kita mesti percaya bahwa segala yang akan kita lakukan di bulan suci Ramadhan akan mendatangkan kebaikan dan manfaat untuk kita semua. Sikap ini penting untuk menumbuhkan semangat dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan nantinya.

Memahami Keutamaan-Keutamaannya

Bulan Ramadhan diciptakan Allah SWT penuh dengan keutamaan dan kemuliaan. Maka mempelajari dan memahami keutamaan dan kemuliaan tersebut akan memotifasi kita untuk lebih meningkatkan amal ibadah kita. Allah benar-benar maha pengasih lagi maha penyayang. Sungguh banyak kemulian dan keutamaan yang Allah anugerahkan pada bulan yang suci ini. Di antara keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadhan adalah:

Pertama, Ramadhan adalah bulan pendidikan (Syahru al-Tarbiyah), karena pada bulan ini orang-orang beriman dididik untuk berlaku disiplin dengan aturan-aturan Allah SWT dan Rasul-Nya. Secara fisik, Allah mendidik untuk disiplin dalam mengatur pola makan. Secara psikis, Allah mendidik untuk berlaku sabar, jujur, menahan amarah, empati dan berbagi kepada orang lain, dan sifat-sifat luhur lainnya. Dan secara fikri, Allah mendidik agar orang-orang beriman senantiasa bertafakkur dan mengambil pelajaran-pelajaran yang bermakna bagi kehidupannya.

Kedua, Ramadhan adalah bulan perjuangan (Syahru al-Jihad), karena untuk sukses menjalani Ramadhan dibutuhkan perjuangan yang tidak ringan. Allah hendak mengajarkan bahwa untuk sukses dalam kehidupan pun dibutuhkan perjuangan, yaitu mengendalikan hawa nafsu agar tunduk dan patuh dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Ketiga, Ramadhan adalah bulan al-Qur’an (Syahru al-Qur’an) atau yang disebut juga Laylat al-Qadar (malam yang lebih baik dari seribu bulan), karena al-Qur’an pertama kali diturunkan pada Ramadhan. Sepatutnyalah pada bulan ini, interaksi kaum muslim dengan al-Qur’an menjadi sangat intens sebagaimana dicontohkan oleh generasi salaf yang mencurahkan waktu demikian banyak pada bulan Ramadhan untuk berinteraksi dengan al-Qur’an, baik dengan membaca, mentadabburi, dan mengamalkan kandungan-kandungan isinya.

Keempat, Ramadhan adalah bulan persaudaraan (Syahru al-Ukhuwwah). Pada bulan ini Allah mendidik kaum muslimin untuk lebih mencintai dan peduli terhadap saudara-saudaranya. Rasulullah saw mengajarkan dengan ringan bersedekah di bulan ini, memberi makanan bagi orang yang berpuasa, menunaikan zakat, dan membuang dengki dan sifat-sifat buruk terhadap saudaranya.

Kelima, Ramadhan adalah bulan ibadah (Syahru al-‘Ibâdah). Dalam bulan ini Allah membuka peluang bagi hamba-hamba-Nya untuk beribadah (mahdhah) sebanyak-banyaknya, karena pada bulan ini pahala ibadah dibalas dengan berlipat ganda. Allah SWT mendidik kaum muslimin untuk merealisasikan misi hidup dengan senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Target keimanan yang diharapkan adalah hamba-hamba yang selalu mengorientasikan hidup untuk beribadah, sebagaimana firman Allah SWT, “Katakanlah “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS al-An’âm [6] :162-163).

Keenam, Ramadhan adalah bulan penuh ampunan (Syahru al-Maghfirah). Rasulullah saw bersabda, “Antara shalat lima waktu, dari hari jum’at sampai jum’at lagi, dari Ramadhan ke Ramadhan, dapat menghapuskan dosa-dosa kecil apabila dosa-dosa besar dihindarkan.” (HR Muslim) Dalam hadits lain disebutkan, “Barang siapa puasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT ia akan diampuni semua dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari-Muslim)

Penutup

Para pembaca yang budiman, barang siapa yang gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah SWT akan memasukkan sang hamba ke dalam surga-Nya. Sebab gembira menyambut Ramadhan adalah cerminan iman. Semakin bahagia dan rindu seorang hamba kepada Ramadhan, semakin dalam keimanan yang dimiliki seseorang. Tentu pemahaman ini bukan untuk menghakimi dan mengukur keimanan orang lain, tetapi untuk menghakimi dan mengukur keimanan di dalam diri sendiri. Semoga kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk merasakan nikmatnya bulan suci Ramadhan. Dan semoga kita dapat mengoptimalkan bulan Ramadhan untuktaqarrub ilallah, membersihkan hati, memperkuat sendi-sendi iman, dan mempererat simpul-simpul jama’ah. Amin Yậ Rabb al-‘Âlamîn.[]

Arjun Thohuri, Jurusan PAI FIAI dan Santri PonPes UII

Artikel ini dimuat dalam Al-Rasikh, Lembar Jumat Masjid Ulil Albab terbitan Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) Edisi 30 Juli 2010. Artikel dapat diakses di link ini.

Unduh Artikel